Hariandetik.online, | NTT,
Implementasi Terapi Musik pada Penderita TB Paru dan Keluarga untuk Meningkatkan Koping Individu adalah merupakan intervensi untuk membantu penderita TBC Paru (Tuberkulosis Paru) dan keluarga mereka dalam menghadapi tantangan fisik, emosional, dan psikologis yang muncul akibat penyakit ini.
Hal ini di sampaikan, Ners Ester Radandima, salah satu Tim Pengabmas Prodi Keperawatan Waingapu, Kepada media ini, Selasa 12/11/24.
Ester Menjelaskan, Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang paru-paru dan dapat menimbulkan gejala fisik seperti batuk kronis, sesak napas, demam, dan penurunan berat badan.
Penyakit ini juga dapat menimbulkan rasa cemas, stres, dan isolasi sosial karena sifat penyakit yang menular dan memerlukan pengobatan jangka panjang.
“Salah satu tindakan untuk mengatasi hal tersebut di atas adalah penerapan implementasi Terapi musik. Inilah yang mendorong Tim Pengabdian Masyarakat (Pengabmas) Prodi Keperawatan Waingapu Poltekkes Kemenekes Kupang, bersama pemerintah Desa dan keluarga pendamping TB , perlu mengadakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatasi stres, kecemasan, dan perasaan negatif lainnya yang seringkali muncul pada kondisi penyakit menular seperti TBC..” Ucap Ester.
Penerapan Terapi musik, Tambah Ester, telah dilakukan di salah satu rumah keluarga TB di Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, dengan tujuan Penerapan Terapi musik untuk Meningkatkan Koping Individu.
Dirinya berharap kegiatan yang telah dilakukan dapat memberikan dukungan emosional dan psikologis, serta meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatasi stres dan kecemasan.
Sementara itu, Bidan Kartini Pekabanda, mengatakan bahwa Keluarga penderita TB sering mengalami tekanan emosional dan stres karena peran mereka sebagai pendukung.
“Mereka merasa khawatir tentang kondisi kesehatan pasien, perawatan yang harus diberikan, atau risiko penularan penyakit. Oleh karena itu, melibatkan keluarga dalam terapi musik juga penting untuk mendukung kesejahteraan psikologis mereka.” Ucap Kartini.
Tambah Kartini, musik dapat digunakan sebagai alat yang dapat memperbaiki kesejahteraan mental dan emosional, yang berpengaruh pada kualitas hidup dan proses pemulihan penderita TB Paru.
Implementasi terapi musik berdasarkan penelitian dapat meningkatkan koping penderita TB, Namun masyarakat belum memahami hal tersebut.
Di kesempatan lain, bidan Yublina Rohi menambahkan, Hasil yang didapatkan setelah pelaksanaan kegiatan ditemukan peningkatan koping pada keluarga dan penderita TB.
Dimana sebelum dilakukan kegiatan Penerapan Terapi musik , keluarga dan penderita belum paham tentang penerapan implementasi terapi musik pada penderita TB.
“Setelah dilakukan Implementasi terapi musik dapat meningkatkan suasana hati, memberikan rasa tenang, dan meningkatkan kualitas hidup penderita TBC serta keluarganya.” Kata Yublina. (MN)
Sumber: Ester Radandima , Kartini Pekabanda, Yublina Rohi